Sudah semenjak awal berdiri PAUD An
Nahl menerapkan sistem pembayaran uang sekolah dengan metode perkali datang.
Setiap kali datang murid membayar Rp 2000,-. Kalau anak berhalangan hadir
pembayaran tidak harus dilakukan, sehingga tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. Para ibunda guru juga tidak "termakan" sesuatu yang bukan menjadi haknya.
Uang jujur, begitulah kita
menyebutnya. Tidak ada pencatatan sama sekali. Anak-anak yang menaruh sendiri
uangnya di "kotak jujur' yang telah disediakan. Kalau uangnya "pakai
kembalian', anak yang mengambil sendiri
kembaliannya- sekalian belajar mengenal uang, belajar berhitung (matematika). Kejujuran orang tua/wali murid dan kejujuran peserta didik betul-betul diuji dan dituntut. Tidak akan terdeteksi siapa yang tidak membayar. Pertanggung jawaban dan pencatatannya diserahkan pada Allah Ta'ala yang Maha Tahu dan Maha Mencatat.
Sistem pembayaran seperti ini awalnya dipicu oleh sistem pembayaran pada kursus dan bimbingan belajar yang penulis dirikan, September 2005. Sistem pembayaran dengan cara konvensional, perbulan ternyata mempunyai banyak kendala. Barangkali ada juga pengaruh dari pelajaran ekonomi yang sudah sangat membumi di bumi pertiwi ini, "dengan modal yang sekecil-kecilnya, raihlah untung yang sebesar-besarnya". Pintar Yes! Bayar No! begitulah kira-kira. Anak-anaknya rajin datang dan serius belajar. Tapi membayar? ogah ah. Bukan karena mereka tidak punya uang atau bukan karena mereka berasal dari keluarga pra sejahtera. Minta pembayaran uang kursus dan uang bimbel bagai minta sumbangan, bahkan umpama pengemis saja, padahal yang ditagih adalah hak kita. Maka timbul ide dengan sistem pembayaran per kali datang. Peserta didik tidak rugi secara finansial kalau tidak datang. Ibunda guru juga tidak merasa buntung.
kembaliannya- sekalian belajar mengenal uang, belajar berhitung (matematika). Kejujuran orang tua/wali murid dan kejujuran peserta didik betul-betul diuji dan dituntut. Tidak akan terdeteksi siapa yang tidak membayar. Pertanggung jawaban dan pencatatannya diserahkan pada Allah Ta'ala yang Maha Tahu dan Maha Mencatat.
Sistem pembayaran seperti ini awalnya dipicu oleh sistem pembayaran pada kursus dan bimbingan belajar yang penulis dirikan, September 2005. Sistem pembayaran dengan cara konvensional, perbulan ternyata mempunyai banyak kendala. Barangkali ada juga pengaruh dari pelajaran ekonomi yang sudah sangat membumi di bumi pertiwi ini, "dengan modal yang sekecil-kecilnya, raihlah untung yang sebesar-besarnya". Pintar Yes! Bayar No! begitulah kira-kira. Anak-anaknya rajin datang dan serius belajar. Tapi membayar? ogah ah. Bukan karena mereka tidak punya uang atau bukan karena mereka berasal dari keluarga pra sejahtera. Minta pembayaran uang kursus dan uang bimbel bagai minta sumbangan, bahkan umpama pengemis saja, padahal yang ditagih adalah hak kita. Maka timbul ide dengan sistem pembayaran per kali datang. Peserta didik tidak rugi secara finansial kalau tidak datang. Ibunda guru juga tidak merasa buntung.
Sistem pembayaran "uang
jujur" seperti itu jugalah yang diterapkan di PAUD An Nahl. Uang jujur
dengan jumlah yang sangat murah, cuma cukup untuk dua ikat sayur kangkung atau
dua bungkus garam dapur, para orang tua sudah bisa menitipkan anaknya di PAUD
An Nahl selama 3-5 jam, sembari orang tua mengerjakan aktifitas lain dan
terbebas dari pengasuhan anak barang sejenak. Sang anak juga beroleh hasil
maksimal InsyaAllah. Dengan modal dua ribu rupiah tersebut anak-anak sudah bisa
beroleh:
ü Bidang
pengembangan karakter/akhlak
1. Cinta Tuhan dan
segenap ciptaanNya
2. Mandiri disiplin
dan tanggung jawab
3. Jujur dan Amanah
4. Hormat dan santun
5. Dermawan suka
menolong dan gotong royong
6. Percaya diri,
Kreatif, pantang menyerah dan pekerja keras
7. kepemimpinan dan
keadilan
8. Baik dan rendah
hati
9. Toleransi,
kedamaian dan keadilan
K4. Kebersihan,
kerapian, keamanan, ketertiban
Pembelajaran karakter
tersebut disajikan kepada anak dengan cara "fun" melalui ,
"knowing (pengenalan,penggalian informasi lewat diskusi dan tanya jawab)
feeling (menggali perasaan)lewat cerita, dan contoh-contoh dan acting (praktek
langsung)
ü Bidang
pengembangan emosi yang sehat
ü Bidang
pengembangan kemampuan bahasa dan keterampilan berkomunikasi
ü Bidang
pengembangan bersosialisasi
ü Bidang
pengembangan berfikir
ü Bidang
pengembangan persepsi motorik
ü Bidang
pengembangan kemampuan kreatifitas
yang disajikan melalui
sistem sentra :
1.
Sentra agama ; praktek ibadah
sholat setiap hari, bacaan surat-surat pendek dari juz 'amma, doa-doa,
hadist,siroh dan membaca iqro' /Al qur'an dengan sistem privat.
2.
Sentra persiapan ; mengenalkan
anak pada konsep berhitung, persiapan membaca, dan menulis, termasuk melatih
konsentrasi dan berfikir logis.
3.
Sentra bermain peran : membantu
anak bersosialisasi, berkomunikasi, pemahaman diri dan mengembangkan bahasa.
4.
Sentra balok ; mengembangkan
kreatifitas anak, konsep matematika,
dan sains melalui eksperimen, eksplorasi
dan kerja kelompok membangun balok-balok.
5.
Sentra seni dan kreasi :
mengembangkan motorik halus,bahasa, keterampilan, inisiatif kreatifitas dan
motivasi.
6.
Sentra bahan alam ; mempertajam
panca indra,melatih keberanian bereksperimen dan bereksplorasi.
7.
Sentra Cooking : praktek memasak
"beneran", melatih anak-anak memasak dalam suasana yang sebenarnya,
untuk melatih motorik halus dan kasar, kemandirian, keberanian, rasa percaya diri,
dan pengontrolan diri (pengendalian emosi).
8.
Sentra Kebun : melatih anak-anak
menanam, merawat tanaman, sampai tahap memanen dalam ruang lingkup mencintai
"lingkungan" dan alam.
9.
Kegiatan out bond yang
dilaksanakan secara berkala.
Sistem pembayaran "uang
jujur" ini ternyata tidaklah sesederhana jumlah pembayarannya. Kenapa?
Karena sistem pembayaran seperti ini menuntut banyak hal selain kejujuran wali
murid dan murid sendiri, antara lain menuntut guru-guru yang
kreatif,inovatif,atraktif, sabar, tidak pemarah, penyayang, suka tersenyum,
ramah, dan seterusnya.
Uang jujur juga menuntut guru yang
ikhlash. Betapa tidak uang Rp 2000,- tersebut dikeluarkan Rp 5oo,- untuk
keperluan (kegiatan praktek) anak-anak disekolah seperti beli kertas, keperluan
photo copy,beli lem, sunlight, sabun, pewarna, korek api, lilin, gula, garam,
dan lain-lain. Kadang uang itu tersisa Rp 1500,- namun lain waktu hanya tersisa
Rp 1000,-. Nah, uang yang Rp 1000,- itu yang dibagi 8. terbayang tidak berapa
hasilnya? Bagaimana tidak menuntut guru yang ikhlash? Guru yang terdiri dari
para sarjana tamatan Perguruan Tinggi negeri yang Indeks Prestasinya diatas
tiga koma sekian yamg rela dibayar
dengan upah yang jauh dibawah standar UMR yang ditetapkan pemerintah.
Guru yang qona'ah, menerima rezki
yang telah ditetapkan Allah semenjak dari lauhum mahfuz. Kenapa? Guru tidak
bisa berharap dan menghitung jumlah karena rezki memang Allah yang mengatur.
Tatkala berharap anak-anak datang banyak sehingga pemasukan banyak, tiba-tiba
turun hujan, sehingga anak yang datang bisa dihitung dengan jari, otomatis
pemasukan sedikit. Bagaimana tidak percaya bahwa Allah yang mengatur rezki?
Atau dilain pihak tanpa pernah
berharap tiba-tiba saja datang panggilan dari Dinas Pendidikan untuk menanda
tangani amprah dan mengambil honor, atau ada bonus tak terduga dari yayasan,
atau ada bingkisan telur, minyak, tepung, mentega dari kandang, atau ada paket
pakaian baru dari usaha berhemat, atau ada hadiah jilbab dari wali murid. Nyata dan jelas sekali bahwa Allah tidak
pernah tidur, tidak pernah lupa, terhadap hamba-hamba-Nya yang telah berbuat
dengan penuh keikhlashan...Lalu nikmat Tuhan yang mana yang kamu
dustakan?Allahua'lam bisshowaab.BA
Tanah Mati, 16 Oktober 2011
Cttn : Aku punya mimpi bisa
meningkatkan kesejahteraan para ibunda guru yang telah berbuat tanpa pamrih
ini. Namun aku tak ingin dan tak suka meminta-minta, kecuali yang terketuk
untuk menaruh tangan diatas, tak kuat untuk tak berbagi. Aku tak ingin mengemis
pada manusia. Ya Allah Ya Razzaq tunjukkanlah caranya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar