Minggu, 12 April 2015

KOMUNIKASI PRODUKTIF DENGAN PASANGAN

RESUME 
KULIAH OFF LINE IIP PYK-LK 
@ Rumah Belajar An Nahl
OLEH : DESNA MURNI
(pendidik TK An Nahl, dan ibu dari 4 orang putri)
Narsum : Betty Arianti

     Pernikahan adalah perjanjian sakral antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama secara halal sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT dan Rasulullah saw. Setelah ijab qabul maka resmilah pasangan menjadi suami istri dan , hidup berdua dalam rumah tangga.
     Dalam berumah tangga 1, 2 tahun mungkin masih berjalan aman, namun selanjutnya sudah mulai ada prahara, ombak menerjang, batu-batu cadas mulai muncul, sampai akhirnya rumah tangga nyaris hancur (nauzubillahi minzalik).
    Namun sebenarnya perselisihan dalam bahtera rumah tangga dapat kita atasi/ minimalisir jika kita mengetahui tata caranya dalam agama kita. Cara tersebut telah diatur diantaranya: 
* Saling mengingatkan
* Pisah tempat tidur
* Bepisah (cara halal yang dibenci Allah SWT)
    Salah satu cara lain untuk mengatasi perseteruan dalam rumah tangga adalah dengan "KOMUNIKASI PRODUKTIF" dengan pasangan. Komunikasi disebut produktif apabila pesan yang disampaikan dapat diterima dengan benar. Komunikasi merupakan salah satu kunci kesuksesan membangun rumah tangga sebab komunikasi yang buruk dengan pasangan berdampak komunikasi yang buruk terhadap anak. Oleh karena itu penting bagi kita untuk memperbaiki dulu komunikasi dengan pasangan agar komunikasi dengan anak dan seluruh anggota keluarga lainpun menjadi produktif.
     4 Kunci Utama dalam komunikasi:
1. Pahami lawan bicara
2. Gunakan bahasa positif
3. Clear and Clarify
4. U win I win bukan I win U win (dahulukan pasangan dan anak, lepaskan ego)
    Mari membiasakan komunikasi produktif ke pasangan kita. Apabila pasangan kita bergaya belajar ;

*auditori ------- biasanya lebih menyukai bahasa cinta yang bisa didengar

*kinestetik ----- biasanya lebih menyukai bahasa cinta yg bisa disentuh

*visual --------- biasanya lebih menyukai bahasa cinta yang bisa dilihat

    Silakan deteksi gaya belajar kita dan pasangan kita termasuk yang mana? Kemudian lanjutkan membuat bahasa cinta untuk pasangan kita sesuai  dengan tipenya. 
     Kalau kita senang mengungkapkan bahasa cinta sesuai dengan gaya belajar pasangan kita, insyaAllah akan menggerakkan hati pasangan kita untuk berlaku sebaliknya kepada kita. (mmhh ngarep).
   Andai pasangan kita paham  tentang kita, sebenarnya kita paling suka diberikan bahasa cinta seperti apa? (yuuuk mari jawab sendiri ya? :)) 
     Permasalahannya sekarang apakah pasangan kita sudah menerima massage bahasa cinta lewat "bahasa tubuh" kita secara "clear". Apakah kita pernah meng "clarify" hal tersebut? (mari introspeksi)
    Biasanya komunikasi menjadi tidak produktif karena kita masih memegang "ego" tinggi kita. Lihat hal ini, "seharusnya Uda paham dengan kondisiku" atau kepada anak misalnya berkata," seharusnya kakak tahu dan paham perasaan mama." 
     Mestinya pahami pasangan dan anak-anak dulu baru kita akan mendapatkan apa yang seharusnya layak kita dapatkan. Prinsipnya You win bukan I win. Ingat bukan I dulu but You dulu yang kita berikan.
     Selama ini kita jarang bermesraan setelah menikah. Sepertinya romantis itu hanya milik mereka yang belum menikah, padahal salah besar. Adakah ide kita untuk aktifitas "berpacaran setelah menikah?" (yuuk pikirkan dan praktekkan)
    "Selamat jatuh cinta lagi!!! dan selamat berpacaran lagi!!! serta jadikan setiap malam adalah malam pertama !!!" 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar